Jumat, 20 September 2013

Ragam Bahasa Beserta Contohnya



1.     Ragam Bahasa Hukum
Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan bahasanya khas dalam dunia hukum, mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa hukum Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Ciri-ciri ragam bahasa hukum :
a.    Mempunyai gaya bahasa yang khusus.
b.    Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan.
c.    Objektif dan menekan prasangka pribadi.
d.    Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran.
e.    Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran bersensasi.
Contoh :
Sanksi Pelanggaran Pasal 44:
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta
1.   Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus jutarupiah).
2.   Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual pada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hasil hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

2.     Ragam Bahasa Berita / Bahasa Pers / Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh wartawan jurnalis dalam menuliskan karya – karya jurnalistik, seperti surat kabar, majalah, atau tabloid. Bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah dipahami oleh pembaca dengan ukuran intelektual minimal, sehingga mudah dipahami isinya. Namun demikian, bahasa jumalistik juga harus mengikuti kaidah- kaidah, norma – norma bahasa. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik sangat mengutamakan kemampuan untuk bisa menampilkan semua informasi yang dibawanya kepada pembaca secepatnya atau bahasa yang lebih mengutamakan daya komunikasinya. Bahasa jurnalistik yang ditulis dalam bahasa Indonesia harus dapat dipahami oleh pembaca di seluruh Indonesia. Jika media massa menggunakan salah satu dialek tertentu, besar kemungkinannya tulisan dalam media massa tersebut tidak dapat dipahami oleh pembaca di seluruh nusantara. Oleh karena itu, bahasa Indonesia ragam jurnalistik juga dituntut kebakuannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku.
Contoh :
Puluhah pengungsi letusan Gunung Merapi, di barak pengungsian Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai terserang sejumlah penyakit termasuk hipertensi. "Setelah lebih dari satu minggu warga berada di barak pengungsian, mereka mulai mengeluhkan sejumlah serangan penyakit dan pada umumnya yang berusia di atas 40 tahun mulai terserang hipertensi," kata petugas kesehatan dari Puskesemas Cangkringan Retno Diah, Selasa.
Menurut dia, pengungsi yang mengeluh merasa pegal-pegal ada 87 orang, hipertensi 86 orang, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) 81 orang, sakit kepala 61 orang, mual 39 orang, dan gatal-gatal 39 orang. "Serangan hipertensi ini memang banyak menyerang kalangan pengungsi. Mungkin dipicu karena mereka merasa jenuh, stres saat proses evakuasi, dan masalah pikiran terkait harta benda, ternak serta rumah yang ditinggal mengungsi," katanya.
Ia mengatakan penanganan para pengungsi yang mengalami hipertensi ini dilakukan dengan memberi obat pereda atau penurun tekanan darah, pendampingan psikologis, dan dirujuk ke rumah sakit (RS) terdekat. "Untuk penanganan psikologi kami telah menyiagakan dua orang psikater, namun jika memang kondisinya sudah parah maka akan dirujuk ke rumah sakit terdekat," katanya.
Diah mengatakan, sampai saat ini kalangan pengungsi yang dirujuk ke rumah sakit ada 12 orang dan tidak hanya karena masalah hipertensi, namun ada yang menderita berbagai penyakit. "Pengungsi yang dirujuk ke rumah sakit di antaranya satu orang melahirkan, tiga orang mengalami diare, dan sisanya akibat kecelakaan lalu lintas saat terjadi kepanikan saat Gunung Merapi meletus pada Jumat (30/10). Total pengungsi di barak Glagaharjo ini ada 1.743 orang dari 564 kepala keluarga," katanya.
Perhatikan contoh lainnya, sebagai berikut:
(1)     Pangdam VIII/Trikora Mayjen TNI Amir Sembiring mengeluarkan perintah tembak di tempat, bila masyarakat yang membawa senjata tajam, melawan serta tidak menuruti permintaan untuk menyerahkannya. Jadi petugas akan meminta dengan baik. Namun jika bersikeras dan melawan, terpaksa akan ditembak di tempat sesuai dengan prosedur (Kompas, 24/1/99).
(2)     Ketua Umum PB NU KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) mengadakan kunjungan  kemanusiaan kepada Ketua Gerakan Perlawanan Timor (CNRT) Xanana Gusmao di LP Cipinang, Selasa (2/2) pukul 09.00 WIB. Gus Dur didampingi pengurus PBNU Rosi Munir dan staf Gus Dur, Sastro. Turut juga Aristides Kattopo dan Maria Pakpahan (Suara Pembaruan, 2/2/99).
Contoh (1) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat pertama menyatakan pesan penting dan kalimat kedua menerangkan pesan kalimat pertama.
Contoh (2) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat pertama menyatakan pesan penting dan kalimat kedua serta kalimat ketiga menyatakan pesan yang menerangkan pesan kalimat pertama.

3.     Ragam Bahasa Gaul
Bahasa Gaul, Bahasa prokem merupakan bahasa pergaulan. Bahasa ini kadang merupakan bahasa sandi, yang dipahamu oleh kalangan tertentu. Bahasa ini konon dimulai dari golongan preman. Bahasa gaul adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan tertentu, bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa, penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, singkatan, intonasi, pelafalan, pola, konteks serta distribusi.
Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).
Bahasa akan selalu berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya, baik berdasarkan kondisi sosiologis maupun kondisi psikologis dari penggunanya. Oleh karena itu, dikenal ada variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa pejabat/politikus, ragam bahasa anak-anak, termasuk ragam bahasa gaul. Hal tersebut merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat universal. Bahasa akan terus berkembang dan memiliki aneka ragam atau variasi.
Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.
Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi, kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah tidak perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing.
Contoh :
  • gitu lokh!
    menunjukkan penekanan
    contoh
    teman: “Wow! Pensil lw bagus banget!”
    anak gaul: “Ya jelas dong, gw gitu lokh!
  • secara
    tambahan kata pada sebuah kalimat  (gw juga bingung deskripsiinnya)
    contoh
    teman: “Si anu kalo kekampus pake helikopter lho!”
    anak gaul: “Wajar lah, secara dia punya kilang minyak dimana-mana”
  • nggak banget
    menunjukkan sikap antipati terhadap sesuatu
    contoh
    teman: “Gimana party kemaren? Gw gak ikut soalnya”
    anak gaul: “Sama gw juga. Nggak banget deh acaranya, masa tentang materi kuliah”
  • ya iyalah!
    menunjukkan bahwa hal yang dibicarakan sudah diketahui umum
    contoh
    temen: “Emang setelah SMP itu SMA yah?”
    anak gaul: “Ya iyalah! masa ya iya dong! duren aja…” (terusin sendiri)
  • please deh!
    ini bukan minta tolong, tapi untuk menunjukkan sesuatu yang udah basi/norak/gak gaul
    contoh
    teman: “Sob, kemaren gw baru beli celana cutbrai. Keren nih buat ke mall!”
    anak gaul: “Please deh! Ini 2009, mas”
  • haloo!
    hampir sama fungsinya dengan “please deh”
    contoh
    teman: “Fren, pemilu nanti pilih partai apa yah?”
    anak gaul: “Haloo! Sekarang udah pemilihan presiden n wapres kalee”
  • asli
    untuk memberi penekanan pada sebuah kalimat
    contoh
    teman: “Lw dah nonton Facebook The Movie belom?” (ahahaha.. emang ada yah?)
    anak gaul: “Udah. Asli, tuh film keren abis! Ada wall ama foto gw juga lho!”
  • menurut lo?
    menanggapi suatu pertanyaan dengan sikap negatif dan nada sinis
    contoh
    teman: “Si anu kenapa nangis tuh? Pipi lw kenapa merah? Ditampar?”
    anak gaul: “Menurut lo?
  • cape deh!
    ini bukan kelelahan, tapi memberi tahu bahwa sesuatu gak penting untuk ditanggapi
    contoh
    teman: “Eh, eh dari tadi kita ngomongin apa sih?”
    anak gaul: “Hhhh… cape deh!
4.     Ragam Bahasa Keilmuan
Penggunaan ragam bahasa ilmiah

Penggunaan bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai sifat pemakaian yang khas, yang spesifik, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai ragam bahasa tersendiri yang berbeda dengan ragam-ragam bahasa yang lain. Sifat-sifat tersebut ada yang umum sebagai bahasa ilmiah, dan ada yang khusus berhubungan dengan pemakaian kosakata, istilah, serta bentuk-bentuk gramatika.

Sifat bahasa ragam ilmiah yang bersifat umum berhubungan dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk menyampaikan informasi ilmiah pada peristiwa komunikasi yang terjadi antara penulis dan pembaca. Informasi yang disampaikan tentu dengan bahasa yang jelas, benar, efektif, sesuai, bebas dari sifat samar-samar, dan tidak bersifat taksa (ambigu). Hal ini penting sekali diperhatikan oleh penulis agar informasi ilmiah yang disampaikan dapat dipahami secara jelas, objektif, dan logis, sehingga dapat tercapai kesamaan pemahaman, persepsi, dan pandangan terhadap konsep-konsep keilmuan yang dimaksud oleh penulis dan pembaca.

Informasi dan konsep-konsep ilmiah yang disampaikan dalam bentuk karya tulis ilmiah, misalnya, laporan penelitian (studi), makalah, skripsi, tesis, dan disertasi adalah bersifat formal. Oleh karena itu, ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa baku (standar).

Bahasa dalam percakapan sehari-hari (colloquial) serta percakapan lisan tidak tepat apabila digunakan untuk menyampaikan informasi dan konsep-konsep yang berkadar ilmiah. Demikian pula bahasa ragam sastra (puisi, prosa, dan drama) disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan berbagai efek emosional, imajinatif, estetik, dan artistic, yang dapat membangkitkan rasa haru baik bagi penulis maupun pembaca. Bahasa yang bersifat ilmiah tidak mempertimbangkan efek-efek perasaan yang timbul, seperti yang dipertimbangkan dalam bahasa ragam sastra (Oka, 1971: 14).

Sifat bahasa ragam ilmiah yang khusus/spesifik tampak pada pemilihan dan pemakaian kata serta bentuk-bentuk gramatika terutama dalam tataran sintaksis. Kata-kata yang digunakan dalam bahasa ilmiah bersifat denotative. Artinya, setiap kata hanya mempunyai satu makna yang paling sesuai dengan konsep keilmuan tersebut atau fakta yang disampaikan. Demikian pula kalimat-kalimat yang digunakan dalam bahasa ragam ilmiah bersifat logis. Hubungan antara bagian-bagian kalimat dalam kalimat tunggal atau hubungan antara klausa-klausa dalam kalimat majemuk (kompleks) mengikuti pola-pola bentuk hubungan logis.

            Bahasa Indonesia dalam Komunikasi Ilmiah

Para ilmuwan, khususnya yang berasosiasi dengan lingkungan kampus (perguruan tinggi) merupakan masyarakat wacana ilmiah. Salah satu yang membedakan mereka dari masyarakat lain ialah penguasaan bahasa ragam ilmiah. Dapat dinyatakan bahwa bahasa komunikasi ilmiah adalah dialek sosial mereka. Tanpa penguasaan bahasa komunikasi ilmiah, sang ilmuwan tampak jinak dan kurang vokal (Alwasilah, 1993: 41).

Hakikat bahasa komunikasi ilmiah sekurang-kurangnya didukung oleh tiga variabel: (1) kemampuan berpikir kritis (critical thinking), (2) penguasaan bahasa, dan (3) pengetahuan umum yang luas. Penguasaan pengetahuan umum tampaknya lebih mudah dikejar. Tinggal ia membaca buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan akses melalui internet.

Sebaliknya, kemampuan berpikir kritis, berdebat, beradu argumentasi dalam bahasa komunikasi ilmiah tampaknya agak sulit ditanamkan kepada kalangan masyarakat akademik. Masalahnya, paling tidak ada tiga hambatan cultural yang masih menghantui kalangan masyarakat akademik kita. Ketiga hambatan itu harus didobrak dan segera dilakukan transformasi, yaitu: (1) warisan cultural-edukasional, (2) kompetensi dan performansi linguistik, dan (3) masalah psikologis. Untuk memerangi ketiga hambatan tersebut perlu dilakukan upaya pembenahan pendidikan yang serius dan membutuhkan waktu yang panjang dan lama. Pembenahan pendidikan bukan saja secara formal pada jenjang pendidikan dasar sampai universitas (perguruan tinggi), tetapi harus dimulai sejak dini, yakni pendidikan dalam keluarga (informal), dan pendidikan dalam masyarakat (nonformal).

Bahasa Indonesia, sebagai bidang ilmu yang diajarkan sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, berfungsi sebagai sarana komunikasi ilmiah, sarana penalaran, dan berpikir kritis para peserta didik. Oleh karena itu, dalam pertumbuhan dan perkembangannya, bahasa Indonesia saling bersinergi dengan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, yang secara otomatis akan memperoleh dampak pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan dan teknologi-informasi maju.

Hal itu merupakan kondisi yang memungkinkan bahasa Indonesia memperkaya konsep-konsep keilmuan baru yang belum terdapat dalam khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya dan teknologi akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks), termasuk bahasa dan sastra Indonesia. Dalam hal ini bahasa Indonesia sekaligus berperan sebagai sarana berpikir kritis dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ipteks (Sunaryo, 1993). Tanpa adanya bahasa, termasuk bahasa Indonesia dengan fungsi-fungsi tersebut, ipteks tidak akan tumbuh dan berkembang.

Di samping berfungsi sebagai alat komunikasi ilmiah, bahasa Indonesia juga bersifat terbuka (transparan). Adanya sifat keterbukaan bahasa Indonesia memungkinkan dirinya menjadi bahasa yang modern, bahasa yang fleksibel, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ipteks. Dampak keterbukaan itu tampak pada pertumbuhan dan perkembangan jumlah kosakata, istilah, dan konsep-konsep keilmuan baru dalam khasanah bahasa Indonesia.
Contoh :
ð  Paragraf dalam sebuah karya ilmiah tentang bahaya rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.
Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung(walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok.


5.     Ragam Bahasa Laporan

            Pemakaian bahasa dalam Laporan
1.Penulisan huruf capital
            Huruf capital dipakai pada awal nama bangsa, suku  bangsa, nama bahasa, nama tahun, namabulan, nama hari(hari raya), peristiwa sejarah, dan nama geografi.bangsa Indonesia, suku Bugis, bahasa Makassar, nama tahun Hijriah/Masehi, bulan Agustus, hariJum’at, hari Lebaran,proklamasi Kemerdekaan Indoesia, nama Geografis seperti Danau Toba,Gunung Lompobattang, Selat Makassar, Teluk Bone, Sungai Saddang, Danau Tempe
2.Penulisan Kata
          Kata turunan,yaitu dua kata atau lebih yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus, dan itu
ditulis gabung atau serangkai.Contoh: tidak adil = ketidakadilan, tidak puas = ketidakpuasan, tindak lanjut =menindaklanjuti, bhineka tunggal ika = kebinekatunggalikaan.-
Unsur kombinasi
   
Antarkota, antardaerah, antikarat, antivuruz, antibocor, antikorupsi, antipecah,mancanegara, pancasila, pascasarjana, prajabatan, prakualifikasi, mahadewa, mahaguru,mahakarya, mahaesa, mahasiswa,-
Kata depan di dan ke
    
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, contoh : dipinggir danau, di rumah, di atas meja,ke kampus, ke angkasa, ke mars, ke bulan, ke surga,-
Kata ganti ku,dan kan
   
kataganti ku dan kau di tulis gabung dengan kata yang mengikutinya, contoh : apa yangkumiliki kauambil semuanya-
Partikel Perdan Pun
   
Partikel perditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya yang berarti ‘demi’,mulai’,’setiap’, ‘melalui’ contoh : masuk satu per satu (satu demi satu), masuk per Oktober,anda bisa hubungi saya per telpon.Makan pun tak enak tidur pun tak nyeyak.
3.Pemakaian tandabaca-Tanda titik-Tanda koma

Contoh :

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibatkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan di daerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia. Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan dan kesempatan. Misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapi ragam bahasa non baku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan. Bahasa tutur mempunyai sifat khas yaitu: Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, buku, pergi, biarin. Di dalam bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur.

6.     Ragam Bahasa Prosa , Puisi (Sastra)
                Bahasa sastra merupakan salah satu fenomena bahasa dalam sosiolinguistik. Bahasa sastra memiliki karakteristik yang berbeda, ada unsur permainan bahasa, bahasa disiasati, dimanipulasi, didiberdayagunakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan dan efek tertentu; efek estetis. Ada kalanya bahasa bukan sekedar sarana tetapi tujuan untuk mencapai keindahan, atau bahkan keindahan itu sendiri.
            Unsur emotif dalam sastra cenderung lebih dominan. Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, dalam bahasa sastra pemilihan kosakata maupun susunan tatabahasanya disesuaikan dengan suasana yang akan dibangun atau dengan kata lain mempermainkan bahasa sedemikian rupa agar muatan emosi yang terkandung dalam karya sastra dapat tersampaikan pada penikmat sastra.
            Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin “prosa” yang artinya “terus terang”. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian, yaitu prosa lama dan prosa baru, prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun. Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif.
Contoh :
1.      Prosa Lama , seperti Hikayat di bawah ini
Botol Ajaib
Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk dijebak dengan berbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga dipanggil ke istana.
Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. “Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda Raja memulai pembicaraan.
“Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil.” tanya Abu Nawas.
“Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda.
Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Namun Abu Nawas tidak begitu sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.
Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekejap. (dan seterusnya.. lihat cerita di buku)
2.      Puisi ,
TEMAN SEJATI


Seorang teman adalah seseorang
tertawa dan menangis dengan Inspirasi,
Seseorang yang meminjamkan tangan membantu,
meskipun teman-teman mungkin tidak selamanya,
Dan mereka tidak mungkin berakhir bersama-sama,
kenangan persahabatan sejati akan
bertahan selamanya.
Seorang teman bukanlah bayangan atau hamba
Tetapi seseorang yang memegang
sepotong seseorang dalam hatinya.
Seseorang yang berbagi senyum,
Seseorang yang mencerahkan hari Anda




9 komentar: